Dokter Oky Pratama membantah ikut menikmati uang hasil pemerasan yang dilakukan sahabatnya, Nikita Mirzani terhadap para owner skincare. Dia juga menyangkal menjadi perantara pemerasan.

Sebelumnya Dokter Oky Pratama viral usai beredarnya bukti chat antara dirinya dengan pemilik Daviena Skincare, Melvhinna Husyanti. Dalam chat tersebut, Nikita Mirzani meminta bayaran Rp15 miliar agar usaha produk Daviena Skincare tidak disenggol.

Adapun Sunan Kalijaga, selaku kuasa hukum Dokter Oky Pratama jugs mengatakan hal senada. Menurutnya, sang klien sudah bersumpah tidak pernah menerima uang sepeserpun dari Nikita Mirzani.

Kepada pengacaranya, Dokter Oky Pratama mengatakan bahwa harta yang dia punya saat ini lebih dari cukup hingga dia tak perlu menerima uang dari siapapun.

“Itu tadi malam sudah saya pastikan, dia (dokter Oky) juga sampai demi Allah, demi Tuhan (membantah),” ujar Sunan Kalijaga saat ditemui di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (7/3/2025).

“‘Bang, tidak ada satu rupiah pun yang saya terima dari apapun persoalan hukum saat ini. Bang saya punya 70 outlet klinik kecantikan, saya sudah lebih dari cukup bang’,” ucap Sunan menyambung, menirukan perkataan Dokter Oky.

Sunan Kalijaga juga menegaskan bahwa Dokter Oky Pratama hanya berniat menjembatani komunikasi antara owner skincare dengan Nikita Mirzani.

“Ini saya kutip pernyataan dokter Oky, ‘saya sudah lebih dari cukup punya uang, daripada saya harus ambil uang dari begitu-begitu. Demi Allah bang, saya hanya menjembatani, menyambungkan mereka bersilaturahmi untuk berdamai’,” tutur Sunan.

Sebagaimana diketahui, Nikita Mirzani dan asistennya, Mail Syahputra ditetapkan tersangka oleh penyidik Polda Metro Jaya atas dugaan pemerasan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang dilaporkan Dokter Reza Gladys.

Nikita Mirzani lewat asistennya dituding memeras Reza Gladys sejumlah Rp5 miliar untuk tidak mengungkap aib skincare milik dokter kecantikan tersebut.

Dokter Oky Pratama sendiri sempat diperiksa sebagai saksi bersama Nikita Mirzani dalam jadwal pemeriksaan perdana kasus ini pada 6 Februari lalu.